Saya tidak tahu apa yang mereka pikirkan, atau apakah pikiran saya yang tidak dapat menyentuh mereka, sudah lama saya memikirkan kejadian ini, kejadian yang membuat saya sejenak menghela napas...3 hari lalu, ketika seperti biasa saya mengendarai motor melewati aspal yang dibiayai oleh uang rakyat, kebetulan hari itu saya pulang larut malam sehabis berhedon ria dengan teman yang tidak tahu artinya sebuah ketertindasan. Jam menunjukan pukul 1 dini hari, sudah waktu yang pas untuk para gadis korban kebusukan sistem untuk menjajakan jasanya. Ketika melewati jalan yang sepi, pikiran saya melamun jauh memikirkan tentang negeri ini, ya negeri yang sangat makmur bila dilihat dari kekayaan segelintir elit penguasa dan penindasnya namun sangat miskin bila dilihat dari ketidakmampuan rakyatnya untuk membeli makanan demi kelangsungan hidupnya.
Cukup lama juga saya diatas motor dengan menghabiskan bahan bakar yang di impor dari luar yang notabene negeri ini salah satu pengekspor minyak mentah dunia, namun negeri ini juga yang impor minyak yang sudah diolah dengan harga yang mahal “ironis”.
Tidak lama berselang saya melihat nenek tua sekitar usia 70 tahunan berjalan sendirian, dengan menenteng kardus bekas di terlihat teliti mengambil kardus dijalan. hati kecil saya bertanya apa yang dilakukan nenek tua itu, hmm.. pemulung. Seketika itu juga, pikiran saya mulai bergolak. ada apa dengan negara ini? Kenapa negara ini rela membiarakan rakyatnya terlantar seperti itu? Sedang apa para penguasa disana? Tidak tahukah rakyatnya menderita?
Kunaikan kecepatan motorku, bersamaan dengan teriakan kekesalanku terhadap mereka, mereka yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, mereka yang sedang berdrama, mereka yang sedang berbuat demi rezimnya, dan mereka yang tidur lelap ditengah problematika indonesia, yang notabene problem tersebut mereka yang membuatnya.
Emosi saya tidak terkendali, ingin rasanya menabrakan diri kearah pemuda yang sedang asik mabuk dipinggir jalan sambil berteriak “dasar para sampah masyarakat”... hahaha... percuma saja ketika mereka tertabarak hanya akan menambah beban keluarga mereka saja dengan harga tanah kuburan yang melambung seperti harga emas, terbahak saya dalam kegalauan hidup, menertawakan negeri ini, negeri yang masih saja membuat rakyatnya susah walaupun sudah meninggal.
Akhirnya saya sampai dirumah, dirumah yang penuh kehangatan dimana individu didalamnya memberikan saya suatu narasi hidup yang harus saya jalani, karena itu lah mereka, ayah saya yang meninginkan saya menjadi manusia yang hidup kedalam sistem dan ibu saya yang mendorong saya untuk masuk kedalam sistem,. hmm.... karena hidup ini akan mudah ketika kamu mengikuti aturan main, namun ketika kamu memberontak hidup kamu menjadi lebih berwarna.
Nb: hidup sebenarnya bukan di awali dahulu, kemarin, atau besok tapi hari ini sobat.
Jadikan setiap detik itu bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar