Suatu
pagi aku bercermin di kaca, berdiri tegap sambil merapikan rambutku, “aku sudah
sebesar ini” gumamku dalam hati. Hari itu entah mengapa aku teringat ketika ibu
membantu menggedong tubuh kecil untuk sekedar menolongku bercermin. “tampaknya sudah
terlampau cepat waktu membuatku sebesar ini”. Bila membayangkan ibu masih
menolong menggedongku untuk bercermin, sepertinya mustahil. Badanku saja sudah
melampaui badan beliau. Sejenak aku memandang ibu dari kejauhan, beliau masih
sibuk memainkan sejatanya di dapur. Terlihat kebiasaan beliau pagi hari, sama
seperti pagi sebelumnya. Menyiapakan sebuah makanan ala kadarnya, namun terasa
spesial bagi yang omnivora. Nampaknya sifatku yang omnivora tak menurun ke adik
perempuanku, dia sangat pemilih makanan, sampai Ibu harus memutar otak bila
harus memasak. Kasihan Ibu.
“aku berangkat bu” sambil mencium tangan kasarnya.
“hati-hati ya” diselingi senyum khasnya.
Sepanjang
perjalanan menuju kampus, aku masih membayangkan Ibu superku. Bila teringat
masa TK dulu, aku selalu diantar beliau, dengan mengandeng tanganku erat,
benar-benar menjadi malaikat pelindungku. Senyumku lepas ketika teringat bila
sewaktu berangkat ke TK kita selalu melewati tukang mainan, dan selalu saja aku
merengek minta dibelikan. Namun rengekanku selalu dibalas dengan senyum dalam
penolakan secara halus, memang Ibuku mengajarkan anak2 nya untuk tidak manja.
Lamunanku tentang masa lalu tiba2 berhenti ketika kendaraanku sampai di kampus.
Aku kemudian mencari tempat kosong untuk menunggu teman, sambil menghabiskan
rokokku, mungkin saja Ibuku akan kecewa dengan perilakuku yang sudah merokok
ini. Maafkan aku Ibu.
Semakin
aku merasa membohongi Ibu, semakin aku memikirkan kesalahanku kepada beliau.
Dosa ketika kita bilang “ah” padahal waktu itu Ibu kita sedang menyuruh kita.
Aku pernah melakukannya bahkan sering. Namun jujur saja setiap Ibu di dunia
ini, pasti memaafkan setiap kesalahaan anaknya, tanpa si anak meminta maaf.
Jadi mulai sekarang berhenti membuat beliau kecewa. Mulailah mempersiapkan masa
depan, ngomong-ngomong masa depan, aku saja masih takut tidak dapat membuat
Ibuku bangga, ya tapi aku tetap dalam koridor ingin membahagiakan Ibu. Salam
Hari Ibu J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar