Terdengar suara gelas jatuh di hati ku,
walaupun terdengar samar, walaupun hanya aku yang mendengar, walaupun hanya aku
yang merasakan.
Sakit. Mungkin sudah banyak kata yang
mengakomodasikan sebuah perasaan yang pahit itu, sudah lama juga hubungan ini
berbentuk sebuah kata pacar.
Kenapa, kenapa tak simpan saja kalimat
itu, mungkin aku salah, seharusnya kau katakan aja jujur kalimat itu, aku tak
berani mengawali. Aku penakut, aku terlalu takut, aku sungguh buruk.
Kau, kau yang berani jujur, itu bagus,
setidaknya membuat hatiku lega. Karena kau jujur.
Aku tahu kamu tahu perasaan aku,
setidaknya tak sampai membuat mulutku berteriak untuk “jadilah diriku”
Mungkin ini hanya sekedar waktu saja,
aku sendiri yang meredakan bara di hati ku ini. Cukup kamu diam saja. Karena posisimu,
hati mu, dan perasaaan mu masih bagus dan stabil untuku. Terima kasih untuk
itu.
Sulit memang mengakatakan kata “aku
cemburu” untuk orang se gengsi aku. Iya “aku cemburu”. Semoga kau tak tertawa
kasih. Terimakasih, telah menjadi potongan kisah kecil di setiap gerak jarum
waktuku. Terimakasih telah sabar setidaknya aku yang bodoh ini sangat minus
dalam keadaan sabar ini.
Hei ada kabar gembira, nampaknya tak
perlu pemadam kebakaran untuk memdamkan bara dihatiku, aku sudah baikan,
mungkin karena aku menulisnya disini. Terimakasih tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar